Selasa, 11 Oktober 2011

Merawat Sumpah Pemuda: Merawat Indonesia

Tempora muntatur et nos mutamur in illis.
Waktu terus berubah dan kita pun berubah  didalamnya.

Saya senang mengutip pepatah latin di atas. Waktu dan perubahan. Sesuatu yang mesti dipandang dan disiasati secara bersamaan oleh sebab dua kata tersebut bagaikan sisi mata uang. Perjalanan waktu dan dinamika hidup –bagi seorang pemuda- mesti mempersembahkan dedikasi terbaik untuk perubahan bangsa yang lebih baik. Indonesia sudah sekian lama didera berbagai masalah yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Bermula dari persoalan pendidikan hingga kondisi per-politik-an yang carut marut. Akankah kita berdiam diri?
Pemuda Indonesia Zaman Doloe.
Jika bukan pemuda bangsa ini yang turun gunung, entah akan jadi apa bangsa Indonesia di masa sekarang. Dalam hidup ini, waktu yang paling produktif, semangat yang paling besar, tubuh yang paling sehat, pemikiran yang paling brilian, serta visi yang paling ideal: semua ada dalam diri seorang pemuda. Saat ini kita berada dalam guliran waktu emas dalam hidup. Kesempatan itu tidak datang dua kali. Ketika lewat masa itu, kita sudah menjadi tua dimakan usia. Alangkah ruginya jika tidak dimanfaatkan dengan baik dalam ranga perbaikan terhadap bangsa. Kita tentu tidak ingin nantinya menjadi pemimpin yang amburadul, tidak amanah, kerap menyelewengkan uang negara, dan segala tindak manipulatif lainnya.

Implikasinya kemudian: negara Indonesia seakan tidak ingin lepas dari belitan angka-angka statistik yang justru melemahkan bargaining position  di mata dunia internasional. Selalu tertinggal dan terbelakang. Jumlah manusia Indonesia yang membludak dan hasil alam yang menyeruak tidaklah membuat masyarakat menjadi sejahtera. Justru kemiskinan terlihat nyata di beberapa tempat. Kemajuan bangsa yang disebut-sebut pemerintah dirasakan bagai semu.

Merawat Sumpah Pemuda
Kemajuan bangsa saat ini ditentukan oleh peran aktif pemuda dalam kepemimpinan dan keilmuan. Indikatornya: pemuda sekarang adalah pemimpin yang baik dan ilmuwan yang kompeten di masa yang akan datang. Inovasi baru adalah bukti nyata Indonesia bisa bersaing dengan kemajuan bangsa lain. Bangsa China yang disebut-sebut raksasa ekonomi Asia bahkan dijuluki innovation nation oleh karena inovasi yang dihasilkan oleh para pemudanya. Begitupun dengan Brazil dan India. Keterlibatan pemuda dari dulu hingga sekarang mutlak diperlukan.

Sekedar flashback, lebih dari delapan dekade Sumpah Pemuda dipekikkan. Sejak saat itu pula, gerakan pemuda tidak pernah surut dalam membela dan mempertahankan tiga ciri ke-Indonesia-an yang menjadi penanda negara yang berdaulat. Bangsa yang satu, tanah air yang satu, dan bahasa yang satu. Dan itu berlangsung hingga sekarang. Hanya saja, konteks kekinian bangsa menuntut lebih jauh partisipasi aktif pemuda. Sejauh ini pencapaian yang diperoleh oleh bangsa Indonesia adalah berawal dari inisiasi para pemuda di zamannya. Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan, hingga Gerakan Reformasi: di sulut oleh aksi nasionalisme heroik pemuda.

MITI (Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia) dan I4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional), adalah sekian contoh lembaga berbasis komunitas keilmuan yang merupakan wujud enthusiasm pemuda dan masyarakat dalam menggerakkan inovasi bangsa. Jiwa ke-Indonesia-an yang terdapat dalam Sumpah Pemuda mesti direvitalisasi. Agar upaya luhur yang telah tercipta tidak dinodai oleh demoralisasi dan degradasi nasionalisme akut.

Franz Fanon menyindir kehadiran elite destruktif Afrika dalam ungkapan black skin white masks. Semoga tidak terlahir para pemimpin yang berjejak di Tanah Indonesia, tetapi dengan mentalitas dan idealisasi asing.